Sabtu, 10 November 2012

Ciri Manusia Bertakwa dan Keutamaannya


Ciri Manusia Bertakwa dan Keutamaannya
Oleh: A. Haris Maulana
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 disebutkan tujuan dari pelaksanaan ibadah puasa di bulan ramadhan adalah menjadikan kita agar menjadi manusia bertakwa. Takwa seringkali diartikan sebagai kepatuhan kita dalam menjalankan perintah-perintah Allah swt dan menjauhi semua yang dilarang Allah.
Setelah ramadhan usai, kita memasuki bulan syawal, marilah kita sejenak merenungkan firman Allah swt dalam Surat Ali Imran ayat 133-135. Allah swt berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orna-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Dari ayat-ayat diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa ciri manusia bertakwa yang pertama adalah menafkahkan harta kekayaan yang dikaruniakan oleh Allah baik dalam keadaan lapang (kelebihan harta) maupun dalam keadaaan sempit (kekurangan harta). Menafkahkan harta ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas nikmat karunia yang diberikan Allah. Orang yang bertakwa selalu menyadari bahwa harta kekayaan yang dianugerahkan oleh Allah, baik sedikit  ataupun banyak, fungsinya bukan hanya untuk disimpan atau untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri saja, melainkan sebagiannya harus juga dimanfaatkan dan dibelanjakan di jalan Allah. Orang yang bertakwa menyadari bahwa didalam harta kekayaan terdapat hak Allah dan hak manusia yang harus dipenuhi.
Ciri kedua adalah mengendalikan (menahan) marah. Pada suatu ketika seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw dan meminta agar diberikan kepada nasehat yang diperlukan. Rasulullah saw menjawab: “Jangan marah!” Lantas dia pun bertanya lagi: “Selain itu apalagi ya, Rasulullah?” Rasulullah menjawab berulang-ulang:”Jangan marah.” Orang yang bertakwa adalah orang yang tidak cepat marah dalam menghadapi berbagai permasalahan, dan kalaupun harus marah adalah hanya terhadap sesuatu yang dibenci Allah.
Bila kita membaca sejarah Rasulullah saw, betapa orang quraisy menghina, menyakiti, mengusir, bahkan berusaha membunuhnya, tapi beliau tetap bersabar, bersikap lembut, memaafkan bahkan mendoakan mereka.
Jika sudah marah, orang bisa melakukan tindakan yang membahayakan. Ia tidak akan berfikir panjang karena akal sehatnya terkuasai nafsu amarah. Oleh karena itu, sifat pemarah ini perlu dikendalikan dengan sikap sabar dan tawadhu.’
Ciri yang ketiga adalah pemaaf. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar bersedia memaafkan kesalahan orang lain, tanpa sedikitpun merasa benci apalagi keinginan untuk membalas, sifat pemaaf adalah obat penyembuh dari sifat dendam. Allah swt berfirman: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. An-Nur, 24: 22). Lapang dada menjadikan hati tenang, tentram, serta mendorong hati dan jiwa kepada kebaikan.
Ciri yang keempat adalah berbuat kebajikan atau ihsan. Berbuat ihsan itu meliputi kepada Allah, manusia, dan alam sekitar. Berbuat kebajikan kepada Allah dilakukan dengan jalan senantiasa beribadah kepada-Nya dengan ihlas semata-mata karena Allah. Ihsan kepada manusia dapat dilakukan dengan jalan berbuat baik kepada orang tua kita, kaum kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dan lain sebagainya. Dan ihsan kepada alam sekitar dapat dilakukan dengan memanfaatkan alam sekitar dapat dilakukan dengan memanfaatkan alam sebaik mungkin, memelihara alam dan tidak merusaknya, mencemari dengan polusi, menyayangi hewan, dan seterusnya.
Ciri yang kelima adalah memohon ampunan Allah atau beristighfar kepada Allah. Tidak cukup hanya sekedar dengan mengucapkan Astaghfirullah saja. Selain itu syarat untuk terkabulnya permohonan ampunan harus didahului dengan taubat, yakni menyesali diri atas dosa yang telah dilakukan, bertekad bulat tidak mengulangi dosa yang telah dilakukan dan mengiringinya dengan banyak berbuat amal kebajikan.
Keutamaan takwa sangat banyak termaktub dalam Al-Qur’an, sebagian diantaranya: Pertama, takwa merupakan wasiat Allah yang berharga. Allah berfirman: “Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; agar bertakwa kepada Allah.”(QS. An-Nisa, 2: 131). Al-Hafizh Ibnu Rajab menulis dalam “Jamiul ‘Ulum wal Hikam,” sebagai berikut: “Adapun kalimat takwa maka dia adalah jaminan untuk meraih kebahagiaan akhirat. Itulah wasiat Allah bagi orang-orang terdahulu dan umat sekarang.”
Kedua, mendapat warisan surga. Firman Allah swt: “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” (QS. Maryam: 63). Ketiga, dicintai Allah swt. “Sebenarnya siapa yang menepati janji dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” Keempat, dibukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi. Firman Allah swt: “Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”(QS. Al-‘Araf: 96). Lima, Allah bersama orang-orang yang bertakwa. “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. An-Nahl: 128). Keenam, takwa adalah sebaik-baiknya bekal. “Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197). Tujuh, Kesudahan yang baik. “Dan kesudahan yang baik adalah orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Araf:128). Delapan, diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana firman Allah swt: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3). Sembilan, dihapuskan kesalahan, dan sepuluh, dilipatgandakan pahala. “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.”(QS. Ath-Thalaq: 5).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar